Website Resmi Kantor Camat Sliyeg
Selamat Datang di Website Resmi Kecamatan Sliyeg Kabupaten Indramayu - Jawa Barat

Minggu, 25 Mei 2014

Posted by Unknown in | 12.05
Liputan6.com, Indramayu: Dalam khasanah kesenian Indonesia dikenal banyak jenis wayang. Namun kini, hanya beberapa jenis yang masih diminati masyarakat luas. Antara lain, wayang golek, wayang orang (wong), dan wayang kulit. Sedangkan seni wayang lainnya telah lama ditinggalkan peminat seiring perkembangan zaman. Wayang cepak, satu di antaranya. Pertunjukan seni wayang asli Cirebon, Jawa Barat, ini sudah sangat sulit ditemukan. Padahal, pada era 1970 hingga 80-an, pemangku hajat masih berani mengandalkan wayang cepak sebagai hiburan yang bisa meramaikan suasana pesta. "Pada tahun 70 sampai 1980 bisa 125 kali dalam setahun. Tahun silam hanya sampai 25 kali," ungkap Warsad Darya, seorang dalang yang masih menekuni wayang cepak di Desa Gadingan, Sliwet, Jabar, baru-baru ini. 

Dengan Sangar Warsad-nya, lelaki ini mencoba mempertahankan seni wayang cepak. Kemahiran Warsad memainkan boneka kayu diperoleh secara otodidak. Kendati mengaku tak memiliki guru atau membaca buku cerita wayang, Warsad kini menguasai lebih dari 100 drama kisah wayang. Selama 36 tahun mendalang, Warsad lebih banyak berimprovisasi. Karir dalang Warsad dimulai saat berusia 24 tahun. Namun kini Warsad mengaku, harus melengkapi kelompok wayangnya dengan instrumen modern lain apabila ingin bertahan. Menurut Warsad, wayang cepak mulai tergeser karena banyak pengaruh. Tapi yang pasti, kata Warsad, wayang cepak tersingkir karena tersaingi oleh kesenian lain, seperti sandiwara. "Kalo golek cepak ini ceritanya kan dongeng legenda, sejarah Jawa, yang dimainkan seorang dalang. Kalo sandiwara main sendiri-sendiri. Jadi saya ketinggalan. Padahal waktu tahun 70-an paling sedikit empat desa saya tampil," Warsad mengenang kejayaannya. 

Wayang cepak atau pak-pak ini diperkirakan sudah berumur sekitar 700 tahun. Di masa Wali Songo, wayang cepak dijadikan sebagai media menyebarkan ajaran Islam. Karenanya, tokoh-tokoh seperti Sunan Gunung Jati dan Kali Jaga menjadi bagian wayang cepak. Dari sisi penceritaan, seni wayang cepak berbeda dengan wayang purwa (orang) yang hanya berbasis mitos Mahabharata. Wayang pak-pak menampilkan babak atau sejarah berbagai kerajaan di Pulau Jawa, termasuk asal muasal sejumlah tempat di Jabar. Tokoh Lamsijan adalah nama lain dari Cepot dalam wayang purwa yang menjadi perwakilan Kelompok Punakawan Amarta. 

Ketika wayang cepak terus tersingkirkan, konsep penceritaan di panggung pun tak sepenuhnya menjadi milik dalang. Sang tuan rumah pemangku hajat bebas menentukan cerita dan ki dalang harus siap menyajikannya. Seperti saat Warsad diminta pemangku hajat melakonkan babak Kerajaan Galuh di masa kebesaran kerajaan di Jawa. Namun pentas wayang cepak tak selalu mulus. Cerita babak sejarah Warsad tak mengalir lancar karena sejumlah penonton, khususnya kalangan muda meminta dilantunkan beberapa nomor lagu khas Cirebon atau Cirebonan. Akibatnya, Warsad pun terpaksa harus memenggal cerita. 

Permintaan demi permintaan terus disampaikan penonton, sehingga tokoh-tokoh wayang cepak dari Sunan Gunung Jati hingga para bupati-nya hanya terdiam di atas bantalan batang pisang. Sementara sinden memenuhi lagu permintaan para tamu, Warsad pun menjadi penonton. Pergeseran keinginan penonton ini diantisipasi kelompok wayang cepak dengan menyediakan instrumen modern, semacam drum. Alhasil, ketika sebuah lagu dinyanyikan, nuansa tradisional pun ikut terpinggirkan. "Di saat saya sedang bercerita, anak muda kirim surat minta lagu. Saya terpaksa harus melayani karena kalau tak dilayani, anak mudanya emosi. Jadi golek ini diem aja kan?," kata Warsad. 

Warsad Darya belum bisa menebak hingga kapan dia situasi itu akan berlangsung. Namun ia juga menyadari bahwa seorang seniman wayang bisa bertahan sekadarnya. Di luar Warsad, jumlah dalang di Indramayu dan Cirebon bisa dihitung dengan jari. Itu pun dengan catatan memiliki jenis kesenian lain. Bila Warsad masih bertahan dengan wayang cepak dan Lamsijannya tentu karena kecintaannya sebagai seorang seniman.(DEN/Syaiful Halim dan Satya Pandia) ;            

sumber:http://news.liputan6.com/read/54601/warsad-darya-seniman-wayang-cepak-dari-indramayu
Isi situs bersifat informatif bukan merupakan legal opinion dari Kecamatan Sliyeg.
Apabila terdapat data elektronik based yang berbeda dengan data resmi paper, maka yang menjadi acuan adalah data resmi paper based.

CARI

BUPATI INDRAMAYU